Tuesday 19 August 2008

Raja Wu Ti

Sorga Danau Biru dari Bunda Maha Mulia Semesta Barat secara spiritual letak paralel di bumi berada di atas puncak gunung Kun-Lun (daerah tibet dan china). Gunung Kun-Lun telah lama menjadi salah satu gunung yang sangat terkenal namanya bagi para pembina kehidupan spiritual karena merupakan salah satu gunung yang memiliki sakralitas yang tinggi karena letak paralelnya sebagai pilar dari alam semesta.

Di sorga Danau Biru terdapat pohon semesta yang menunjang alam semesta. Pohon ini bagaikan pohon Peach yang sangat besar, dimana buahnya di dambakan oleh seluruh mahluk suci, dewa-dewi dan para mahluk lainnya. Pohon Peach ini hanya berbuah setiap 3 ribu tahun sekali. Dan tidak satu mahluk diperbolehkan memetiknya tanpa izin dari Bunda Mulia. Pohon semesta terletak di tengah taman sorga yang sangat indah sekali, dan semuanya di bawah pengawasan langsung dari Bunda Mulia Ratu Besar, Dewi Yauw Ce Cin Mu Ta Thien Cun.

Alkisah di zaman dinasti Han beberapa masa yang lampau, seorang pendeta bernama Tung Fang So (di sutra jepang di namakan Tobosaku, dan dalam kesenian jepang dikenal sebagai Jolly Old Man, yang memegang sebuah peach di dadanya dan melakukan tarian persembahan. Juga kadang digambarkan sebagai pertapa tua (dreamy sage) yang membawa 2 atau 3 buah peach yang ditemani oleh manjangan emas sebagai symbol umur panjang).

Pendeta Tung Fang So adalah penasehat dari raja Wu Ti, raja ke empat dinasti Han yang berkuasa lebih dari setengah abad. Kisah-kisah raja Wu Ti juga sangat populer dan dikenal di jepang dengan Kan no Buti.

Raja Wu Ti selalu ingin mendapatkan "Air Kehidupan" atau "Buah Kehidupan". Dibangunnya banyak pagoda, dengan dekorasi gambar para Budha, Bodhisatva dan para immortal yang memegang Vase emas di tangannya. Semua ini dengan maksud untuk mengumpulkan embun suci yang di percaya turun dari langit dan alam semesta. Raja Wu Ti selalu minum dari air embun ini dengan keyakinan akan membuatnya muda kembali.

Suatu hari, saat raja Wu Ti berjalan di tamannya dan melihat-lihat pagodanya. Raja Wu Ti melihat seekor burung walet hijau. Burung walet merupakan lambang keanggunan di jepang dan china, dan warnanya yang tidak umum merupakan petunjuk akan sesuatu hal yang luar biasa akan terjadi. Raja Wu Ti mempercayai bahwa burung walet hijau sebagai pembawa berita dari sorga.

Raja sangat heran akan kehadiran burung walet hijau ini, lalu mengundang penasehatnya Pendeta Tung Fang So untuk mengungkapkan artinya. Pendeta Tung Fang So lalu mendapatkan wangsi (pandangan spiritual) bahwa Bunda Mulia akan berkunjung ke istana Raja.

Salah satu sinar penjelmaan Bunda Mulia ternyata benar-benar datang berkunjung ke istana Raja Wu Ti, dimana tampak Bunda Mulia duduk diatas Naga Emas Langit yang bercahaya putih dan keemasan. Seluruh tubuh Bunda Ratu Besar memancarkan sinar emas berkilauan, sehingga alam bercahaya emas yang luar biasa terangnya.

Bunda Mulia diiringi oleh para malaikat sorga dan bidadari yang memegang nampan emas berisi 7 buah peach. Pendeta Tung Fang So secara diam-diam menerima 3 buah peach dari Bunda Mulia . Lalu Bunda Mulia memberi test kepada Raja Wuti dengan memberitahukan bahwa Pendeta Tung Fang So telah mengambil 3 buah peach yang jatuh dari nampan emas yang di pegang oleh bidadari pendamping Bunda Mulia.

Raja Wu Ti hanya bersujud di hadapan Bunda Mulia. Walaupun sebagai raja, Raja Wu Ti dapat memerintahkan pendeta Tung Fang So untuk memberikan buah peach kepadanya, tetapi Raja Wu Ti tidak melakukannya. Hal ini membuktikan bahwa Raja Wu Ti tidak lagi di kuasai oleh emosi dan keinginannya untuk menjadi muda kembali.

Bunda Mulia senang mengetahui bahwa Kesadaran Sejati Raja Wu Ti benar-benar telah terbebaskan dari racun-racun didalam tubuh dan kekotoran pikiran. Lalu Beliau tersenyum dan memberikan sebuah peach kepada Raja Wu Ti untuk dimakannya. Raja Wu Ti lalu memakannya, seketika itu juga dirinya menjadi immortal. Tubuh Raja Wu Ti menjadi moksa kembali ke Sorga Danau Biru bersama Bunda Mulia .

No comments: